Categories
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
Jl. Nusa Indah, Denpasar Bali
telp. 0361-227316
fax. 0361- 236100
email : isidenpasar@yahoo.com
Minggu, 21 September 2008
aksi mogok di hari ketiga
hingga hari ketiga, masih banyak berita yang simpang siur di media. kebanyakan menuduh mahasiswa bertindak anarkis, menyusul adanya pelaporan mahasiswa ke kepolisian mengenai perusakan fasilitas dan menyebabkan kerugian negara. beberapa menyinggung soal pendudukan mahasiswa atas rektorat yang justru menghambat proses perkuliahan.
aksi mogok ini merupakan "puncak" dari kekesalan civitas akademika atas kasus pilrek yang tak kunjung usai. tak hanya mahasiswa, dosen pun sudah gerah. terlebih dengan adanya berita bahwa kampus telah dalam keadaan kondusif. sangat tak sesuai dengan kenyataan di lapangan. aksi ini merupakan pembuktian bahwa ISI belum kondusif sebelum ada penyelesaian atas kasus ini.
mengenai proses perkuliahan yang terganggu, mahasiswa dan dosen sendiri menegaskan bahwa perkuliahan memang sudah terganggu sejak awal kisruh, jadi penyegelan ini bukan alasan utama perkuliahan tak berjalan.
ada laporan dari PR I ke kepolisan bahwa mahasiswa bertindak anarkis. tindakan mana yang anarkis? tak ada 1 kaca pun yang pecah saat penyegelan terjadi. yang ada hanyalah karya di studio kriya keramik yang hancur berantakan karena kecerobohan tukang bangunan yang menangani proyek ratusan juta atas perbaikan gedung-gedung di ISI. padahal, gedung-gedung yang konon katanya diirehab belum rusak, malahan masih dalam kondisi sangat layak.
ada juga yang menyebutkan bahwa mahasiswa menggembosi mobil dinas para pejabat rektorat. asal tahu saja, pada saat aksi berlangsung, tak ada satu pun mobil berpelat merah yang ada di kampus. jadi mobil siapa yang digembosi?
pintu-pintu pun hanya dipalangi kayu dan rantai yang sebenarnya gampang saja kalao mau dibuka.tak ada pengerusakan sama sekali.
ketua senat mahasiswa fakultas seni rupa dan desain, ngurah aryawan menolak dengan tegas kalau demo saat itu dikatakan anarkis. "yang sebenarnya terjadi adalah mahasiswa ingin menyampaikan pesan dan berdialog dengan pihak terkait tentang persoalan yang terjadi. namun ketika mereka tak hirau dan malah mengintimidasi mahasiswa, kami melakukan penyegelan, yang dalam hal ini kami sebut sebagai seni instalasi "Revolusi". jadi fasilitas mana yang kami rusak?" katanya.
ketua jurusan seni rupa murni Drs. I MAde Ruta dan satuan pengamanan kampus mengungkapkan bahwa jumat (19/9) pihaknya bersama kepolisian telah mengecek langsung ruang puskom menindaklanjuti laporan hendra santoso mengenai pengerusakan di ruangan itu. terbukti tak ada pengerusakan di sana. yang ada hanyalah ulah pemborong yang lagi-lagi melakukan kecerobohan saat merenovasi gedung. banyak plafon yang berserakan di lantai puskom. pihak satpam kampus pun memberi kesaksisan bahwa mahasiswa memang tak pernah melakukan pengerusakan di puskom. mahasiswa bahkan tak memasuki ruangan itu saat aksi berlangsung. selama ini, hendra berkata di media bahwa kampus terancam rugi milyaran rupiah atas alat IT yang rusak oleh mahasiswa. padalah alat tersebut masih dengan aman tersimpan di ruangan itu. apalagi kunci ruangan puskom dibawa oleh hendra sendiri. bagaimana mahasiswa memasuki ruangan yag bahkan pintunya tak bisa dibuka? anehnya, oleh hendra kunci gedung puskom malah diberikan kepada salah satu rekanan puskom tanpa pengetahuan satpam kampus. jadi jelaslah bahwa pernyataan hendra santoso mengenai pengrusakan oleh mahasiswa ini berbau fitnah.
mengenai aksi mogok, aksi ini akan tetap berlangsung sampai ada penyelesaian yang benar-benar adil. dan tentu saja, segenap civitas akademika ISI denpasar menolak dipimpin kembali oleh prof. RAi dengan menyatakan mosi tidak percaya.
Jumat, 19 September 2008
DENPASAR - Puncak kemarahan mahasiswa dan dosen ISI pecah kemarin. Bahkan untuk mendesak agar Pejabat Rektor Prof. Wayan Rai mundur, mahasiswa akhirnya menyegel kampus mereka. ISI Denpasar kini lumpuh total.
Kejadian ini diawali pukul 09.00. Di jalan menuju kampus ISI sudah ada spanduk hitam dengan tulisan "Revolusi ISI". Setelah itu aksi demo dilakukan sekitar 2000 mahasiswa yang tergabung dengan dosen, guru besar Prof Dibia dan Prof Sedana. Aksi mereka diawali dengan gambelan baleganjur. Mahasiswa juga memasang rumbai-rumbai merah dan hitam di kampus. Kemudian semua pendemo mengikatkan kain hitam di lengannya. "Ini sebuah simbol, jika kami dalam kondisi berkabung. Lantaran kampus kami dicokoli orang yang tak tahu malu (Wayan Rai)," pekik salah satu pendemo.
Setelah itu mahasiswa mulai memanas, sempat mengusir polisi keluar kampus dan mengeluarkan buruh bangunan yang sedang bekerja di gedung rektorat. Setelah itu pintu gedung rektorat disegel dengan kayu yang kemudian dipaku secara menyilang. Juga disapang patung manusia berkepala tikus yang memakan uang kertas Rp 10 ribuan. Kayu segel itu kemudian ditulisi: Wayan Rai mundur segel dibuka.
Tak puas sampai disana. Aksi mahasiswa berlanjut dengan menyegel semua pintu ruangan belajar dan gedung yang lain. Tak sampai disana, seluruh mobil dinas ISI juga digembosi. Dan pintu gerbang ISI ditutup dengan mobil pick up. Dalam suasana panas, akhirnya salah satu guru besar, Prof Sedana membacakan sikap dengan pengeras suara. "Atas nama segenap eksponen ISI Denpasar yang mendukung Pilrek 5 Maret 2008 dan menolak Pilrek 26 Agustus 2008, dengan tegas menyatakan mosi tidak percaya kepada Pejabat Rektor Wayan Rai," tegasnya disambut tepuk tangan mahasiswa.
Tak sampai disana, Prof Sedana juga mebacakan sikap tertulisnya terkait borok Wayan Rai di ISI Denpasar. Seperti melakukan kebohongan publik, tidak memiliki renstra yang layak, manajeman ISI yang tidak terbuka dan tidak memiliki nalar, etika dan moral yang mengedepankan kebenaran dan keadilan. "Kami dengan tegas mendesak Pejabat Rektor Rai agar mengundurkan diri dalam tempo yang sesingkat-singkatnya," tandasnya.
Sampai kapan kampus disegel? Prof. Sedana menegaskan aksi mogok ini akan dilakukan sampai Wayan Rai S mau mundur. "Sampai Rai mundur. Jika dia punya moral dan etika, malu dia berkampus di ISI. Gara-gara dia kampus kebanggaan Bali ini jadi pusat masalah dan memprihatinkan," imbuhnya.
Pantaun koran ini, sampai pukul 15.00 mahasiswa masih menduduki ruang rektorat. Mereka bernyanyi-nyanyi, sebagian lagi berteriak-teriak. Aksi mereka dinilai kebablasan dan anarkis. Para mahasiswa pun akhirnya dilaporkan ke Poltabes Denpasar oleh pihak Prof Rai.(art)
di atas adalah cuplikan artikel dari sebuah koran lokal. judul beritanya cukup mencengangkan, kenapa? karena judul berita ini benar-benar mampu mebuat orang penasaran dengan isi berita. ada hal yang sedikit tidak mengenakan dari berita ini.
pertama, dari segi judul. walaupun judul ini membuat orang penasaran akan isi berita, judul ini membawa konotasi negatif yang terkesan mencoreng nama mahsiswa. beritanya pun tidak sepenuhnya fakta. beberapa merupakan "buatan" dari si penulis.
pada aksi kemarin, mahasiswa memang menyegel kampus, tapi apa alasannya?
wartawan ini sama sekali tak menyebut alasan kenapa kampus disegel. padahal hal inilah yang penting untuk menilai sebuah tindakan.
kedua, banyak kejadian yang dubuat-buat. pada aksi kemnarin, tidak ada satu pun mahasiswa yang menggembosi ban mobil pejabat ISI. oknum polisi yang datang pun bukan di usir, tapi diminta dengan hormat dan secara baik-baik untuk meninggalkan areal kampus. kampus adalah daerah otonom, jadi polisi tidak berhak ada di kampus tanpa adanya laporan dari pihak kampus. dan polisi itu pun pergi dengan baik-baik, hanya meminta agar tidak terjadi tindak kekerasan. dan itu memang tidak terjadi.
mAhasiswa dinilai kebablasan dalam melakukan aksi? siapa yang menilai? apakah orang yang menilai tahu duduk permasalahannya apa???
aksi kemarin adalah aksi dari dosen yang sudah sangat lelah dengan permasalahan ini. aksi ini didukung oleh para mahasiswa yang jauh lebih lelah dari para dosen itu karena menjadi pihak yang paling dirugikan. beberapa kali mencari jalan keluar dengan mengundang pihak yang bersangkutan untuk berdialog, bahkan sampai dimediasi oleh DPRD Bali. namun masalah tak kunjung jelas penyelesaiannya. bahkan undangan menteri ke jakarta pun tak menyelesaikan apa pun karena bapak menteri sendiri tak pernah hadir di pertemuan itu.
beberapa kali diadakan aksi demo dengan apresiasi seni. tak pernah ada tanggapan dari pihak terkait. seolah-olah aksi seni itu tak lagi dianggap sebagai ajang aspirasi. pejabat tertinggi ISI seolah tuli dengan semua hingar bingar baleganjur, dan buta dengan semua foto, lukisan dan karikatur yang terpajang.
mahasiswa jenuh dengan kemelut ini.
ada pertanyaan, apakah KBM tak terganggu kalau rektorat dan ruang kelas disegel?
tentu saja. tapi adakah yang bertanya, apakah selama kemelut ini KBM berjalan dengan lancar? tidak samasekali. dari awal pemilihan rektor yang kisruh, KBM sudah tak berjalan dengan baik. aksi kemarin adalah pembuktian, kampus ISI belum kondusif seperti pernyataan Prof. Rai di beberapa media.
Minggu, 14 September 2008
jakarta 9 September 2008
berikut adalah paparan dari salah satu mahasiswa yang ikut ke Jakarta, mengemban misi untuk menjelaskan permasalahan dan menuntut penyelesaian kasusu ini dengan cermat.
nama-nama yang ikut dalam pertemuan di jakarta :
1. drs. prof. dibya (guru besar ISI Denpasar)
2. drs. prof. sedana (guru besar ISI Denpasar)
3. ibu dayu trisan (PD II FSP)
4. bapak agung oka (PD III FSP)
5. agung rama (perwakilan mahasiswa FSP)
6. ratih mega mora (perwakilan mahasiswa FSRD)
pada pertemuan ini, perwakilan dari DPRD Bali juga ikut serta, diantaranya dari komisi 1 dan 4 DPRD Bali.
pertemuan ini seharusnya merupakan pertemuan antara Menteri langsung dengan perwakilan dari ISI denpasar. namun yang terjadi justru sebaliknya. perwakilan ini hanya bertemu sekjen dan irjen diknas. Menteri tidak hadir dengan alasan masih berada di Bali. padahal, hari sebelumnya (8-09-08) saat mahasiswa mengadakan apresiasi Seni dan bermaksud mengundang Menteri, mahasiswa mendapat kabar bahwa Menteri tidak dapat hadir karena pukul 5 sore sudah harus kembali ke Jakarta.yang lebih membuat tercengang lagi, saat pertemuan, sekjen dan irjen diknas mengaku tidak tahu menahu dengan isi surat menteri yang selama ini didengungkan oleh prof. Rai sebagai kepmen, dan digunakan sebagai senjata untuk tetap mengadakan pemilihan ulang rektor. ada apa sebenarnya? kenapa dari diknas sendiri tidak mengetahui secara pasti apa isi surat menteri? para pejabat di diknas itu pun mengaku, mereka mewakili Menteri untuk menghadiri pertemuan secara mendadak, karena baru saja ditelpon siang harinya oleh menteri untuk menghadiri pertemuan hari itu juga.
pertanyaannya, kenapa Menteri seolah menghindar untuk bertemu dengan civitas akademika ISI Denpasar? bukankah seharusnya, permasalahan ini disampaikan secara langsung kepada menteri, berhubung surat Menteri itu yang selalu dijadikan alasan menolak hasil pilrek 5 maret? diknas hanya meminta data dan dokumen yang berhubungan dengan kisruh ISI dan berjanji akan mengkoordinasikannya lebih lanjut kepada menteri.
jadi hasil pertemuan tersebut adalah menunggu hasil. segenap civitas akademika ISI Denpasar diminta menunggu kepastian selanjutnya.pertanyaannya, harus sampai kapan mahasiswa menunggu? tak bisakah persoalan ini diselesaikan secepatnya dengan prosedur yang benar? kampus seharusnya menjadi tempat belajar yang menyenangkan, bukan tempat yang hanya menuntut kewajiban dari mahasiswa tanpa memberi hak yang selayaknya.
Kamis, 11 September 2008
ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA
ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA
Senin, 8 September 2008, seluruh mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar, selaku civitas akademika yang merupakan kaum intelektual mengadakan sebuah ajang apresiasi seni, yang bertemakan “ISI KEHILANGAN ISI-NYA”.
Kegiatan ini murni merupakan suatu wujud kepedulian mahasiswa atas segala yang terjadi di ISI Denpasar selama ini, yang telah menimbulkan banyak permasalahan yang turut merugikan mahasiswa.
Apresiasi Seni ini sekaligus merupakan suatu bentuk keprihatinan mahasiswa, suatu bentuk kecintaan mahasiswa terhadap sebuah institusi yang selama ini telah banyak menghasilkan seniman-seniman berbakat.
Mahasiwa, selaku civitas akademika yang berintelektual dan memiliki rasa seni tinggi melakukan kegiatan ini tanpa dorongan dari pihak manapun. Kegiatan ini murni merupakan hasil kesepakatan bersama dari kepedulian mahasiswa terhadap kampus tercinta, ISI Denpasar.
ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA, bukanlah sebuah bentuk demo sarkastis, bukan pula ajang membuat keributan untuk melakukan tindakan anarkis. Ini merupakan bentuk murni dari apresiasi seni, dimana di dalamnya terdapat berbagai pagelaran dan aksi-aksi seni yang merupakan ajang pengungkapan apresiasi dari mahasiswa. Dari apresiasi ini, mahasiswa ingin membuktikan bahwa :
- Mahasiswa bukanlah kaum “bodoh” yang hanya bisa diam melihat institusinya diambang kehancuran. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang membela kebenaran, bertindak berdasarkan nurani, pikiran dan hati yang bersih, bukan bertindak berdasarkan perintah atau provokasi dari pihak manapun.
- Mahasiwa seni adalah orang-orang yang memiliki kelebihan di bidang estetika, yang mampu mengungkapkan apresiasinya dengan menggunakan sebuah karya, dan membiarkan karya tersebut yang berbicara. Mahasiswa seni bukanlah pendemo yang hanya bisa berorasi dan bertindak anarkis, tapi kaum intelek yang menghargai demokrasi dengan cara yang lebih indah.
- ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA merupakan suatu ajang pembuktian bahwa seluruh mahasiswa ISI Denpasar turut terlibat dalam apresiasi ini, yang berarti ajang ini merupakan suatu aksi mahasiwa yang membawa aspirasi dari seluruh mahasiswa ISI Denpasar.
ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA akan menampilkan apresiasi seni dari seluruh jurusan di ISI Denpasar. Fakultas Seni Pertujukan akan menggelar sebuah pertunjukan kontemporer yang merupakan simbolisasi dari apa yang sedang terjadi ISI Denpasar. Aksi ini didukung oleh mahasiswa dari jurusan tari dan karawitan.
Sementara itu, Fakultas Seni Rupa dan Desain akan menghadirkan sebuah aksi treatrikal (performing art), ajang lukis massal, pembuatan karikatur, pameran foto dan pemajangan karya yang keseluruhannya bertemakan “ISI KEHILANGAN ISI-NYA”.
Apresiasi ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa, sebagai ajang mahasiswa untuk mengungkapkan setiap fakta, data, keprihatian dan kepedulian mereka terhadap ISI Denpasar. ISI KEHILANGAN “ISI”-NYA merupakan kritik dari mahasiswa tentang berbagai permasalahan yang terjadi selama ini. Aksi ini juga bertujuan sebagai ajang pembuktian bahwa mahasiswa seni mampu bertindak dan mengahasilkan sesuatu yang bermakna bagi institusinya. Sekaligus merupakan ajang untuk menunjukan bahwa mahasiswa mengerti dan peduli sepenuhnya dengan apa yang terjadi di ISI Denpasar.